Sumpah Pemuda adalah momen
penting bagi perubahan bangsa Indonesia. Generasi muda saat itu menjadi
pelopor persatuan nasional dalam simbol tanah air, kebangsaan, dan bahasa
persatuan melalui Sumpah Pemuda. Sejarah bangsa ini selalu diwarnai oleh
pemuda sebagai komponen utama. Pemuda memiliki semangat tinggi untuk melakukan
perubahan. Energi positif itu terpancar ketika mereka melihat suatu kejanggalan
pada bumi pertiwi. Pola pikir dan daya analisis yang tinggi terhadap masalah
bangsa membuat mereka merasa terpanggil untuk melakukan percepatan perbaikan
tanah air menuju ke arah yang lebih baik. Lalu, melihat realita sosial saat
ini, apa yang bisa mereka lakukan?. Persaingan global yang semakin panas
ditambah pesatnya perkembangan dunia teknologi membuat ekonomi kita semakin
jauh tertinggal. Tayangan televisi yang tidak mendidik justru semakin marak
disiarkan. Banyak generasi muda kita yang terjerumus ke dalam lembah kebodohan
hanya karena tidak mampu memilah tayangan yang pantas ditonton.
Melihat kenyataan yang terjadi saat ini, maka dibutuhkan sosok
pemuda yang dapat melakukan akselerasi perbaikan bangsa. Akselerasi tersebut
dapat terwujud melalui tindakan nyata dan peran yang dapat mereka berikan.
Lalu, peran seperti apakah yang dapat membawa kita menuju ke gerbang
kesejahteraan ?. Tidak adanya ekonom brilian yang bergerak bersama di negeri
ini untuk dapat memahami, mencerna dan menemukan jalan keluar bagi krisis
ekonomi merupakan salah satu penyebab kemunduran bumi pertiwi. Begitu juga
dimensi-dimensi lain dimana masing-masing pribadi bergerak sendiri untuk
memenuhi kebutuhan dan keuntungan pribadi. Mereka memang manusia-manusia
brilian dan jenius tetapi seperti lidi yang berserakan, tidak terorganisasi
menjadi kekuatan bangsa di bawah sebuah kepemimpinan yang solid. Kepemimpinan
yang kuat dan baik tidaklah menjamin semua kesulitan kita selesai, tapi
kepemimpinan yang kuat dan baik memastikan bahwa semua solusi strategis dan
teknis yang kita rumuskan dapat bekerja secara benar dan efektif. Tapi, itu
pulalah yang menjadi kunci masalah dimana semua berakar dari sana : krisis
akhlak dan kepemimpinan.
Jika kita menyusuri sejarah bangsa ini, 80 tahun yang lalu
tepat pada tanggal 28 Oktober, dengan semangat yang bergejolak didada dan
sanubari Pemuda Bangsa Indonesia (All ethnic) menyerukan kebersatuan,
kebersamaan, keberkawanan, kesamaan nasip, satu tujuan yaitu menuju Indonesia
Merdeka, Damai, Adil, Makmur dan Dihormati.
Para pemuda bersatu
karena kesamaan nasib dan tujuan, tidak di Indonesia di belanhan dunia juga
demikian baik di Revolusi Prancis, Revolusi Amerika maupun di China, demi untuk
melaksanakan apa yang dicita-citakan mereka rela berkorban harta benda, tenaga
bahkan nyawa sekalipun.
mari
kita tengok kebelakang kita akan bertemu generasi 1900-an yang
mempelopori kebangkitan nasional dengan terbentuknya Boedi Soetomo sebagai
organisasi yang boleh dikatakan sebagai titik awal terbentuknya organisasi yang
bersifat nasional. Dilanjutkan dengan perjuangan generasi 1928 yang berhasil
mempelopori persatuan nasional melalui Sumpah Pemuda. Lalu,
kita akan bertemu dengan generasi 1945 yang mempelopori perjuangan kemerdekaan
dan generasi 1966 yang berhasil mengakhiri rezim Orde Lama. Semua
angkatan itu silih berganti sampai datang angkatan 1998 yang mampu menumbangkan
rezim Orde Baru. rangkaian sejarah ini membuktikan bahwa peran
pemuda sangat dinantikan untuk percepatan perbaikan bangsa. Mereka bersatu
dengan meluruskan akhlak dan niat untuk menuju perbaikan Indonesia. Mereka
bergerak di bawah kepemimpinan yang jelas dan terarah. Mereka bersatu padu
seperti seikat sapu lidi yang mampu membersihkan sampah-sampah yang berserakan.
Pemuda Indonesia dengan
semangat besar bersatu demi melaksanakan cita-cita mulia bangsa. Tapi, di zaman
sekarang, pemuda kita melupakan semangat itu, rasa ke AKU-an mulai merengsek
bersarang di dada masing-masing pemuda, terkikisnya rasa peduli akan sesama,
hilangnya rasa keterikatan, tak mampunya membendung budaya luar yang
jelas-jelas berbeda dari akar budaya kita.
Tidak sedikit dari
Penerus bangsa ini yang memiliki talenta yang membanggakan, tidak sedikit dari
pemuda yang skill nya diatas skill bangsa eropa lainnya…, tapi mereka lebih
merasa nyaman hidup dinegara yang menjamin segala kemapanan hidupnya, “….
untuk apa kita berjuang dinegeri sendiri jika kita disana tidak dihargai dan akhirnya kita kan mati
juga karena keadaan itu” itu lah jawaban dari mereka… tapi coba kita
pelajari dengan semangat Sumpah Pemuda 80 tahun silam.., apakah mereka berjuang
untuk kehidupan yang lebih baik, dari ketertindasan itu langsung merasakan
kehidupan yang enak-enak, nyaman, tentram… jawab nya TIDAK, tapi mengapa mereka
melakukannya dan bisa.. jawabnya karena mereka mencintai Negara dan Tanah
Kelahiran nya.
Sebagai renungan di hari
Sumpah Pemuda 28 Oktober, perjuangan kita bukan dengan senjata bukan secara
begerilya, menghancurkan pertahan musuh, tetapi perjuangan kita adalah
memerangi perasaan tamak akan apa yang kita miliki dan rasakan [kesenangannya],
karena jika kita sudah merasa nyaman dengan keberhasilan kita sendiri maka kita
beransur-angsur akan melupakan saudara kita, saudara kita tidak mengemis untuk
kita kasihi, untuk kita santuni, tetapi dengan rasa persaudaraan mari kita
bersatu untuk menuju keadilan dan kesejahteraan.
Indonesia membutuhkan peran kita saat ini. Kita sebagai mahasiswa
misalnya, menjadi profesional di bidang kita adalah salah satu cara yang paling
efektif. Berkumpul bersama dengan pemuda lain yang memiliki visi searah lalu
kita membentuk sebuah gerakan nonanarkis yang tersusun secara rapih. Lalu kita
berusaha menuju ke sektor-sektor penting yang menjadi pusat pengambil keputusan
atau sektor yang menguasai hayat hidup bangsa ini. Kita bergerak bersama dengan
tujuan untuk memperbaiki bangsa ini. Kita bergerak dibawah arahan yang jelas.
Karena itu kita butuh pemimpin yang mampu menjalankan fungsi pembangkit
kekompakan agar pergerakan kita tidak mengalami perpecahan intern. Selain itu,
kita butuh integritas akhlak dan kepribadian. Sikap-sikap ini dapat dilatih
dengan cara aktif di organisasi seputar kampus atau lingkungan masyarakat.
Banyak ilmu yang dapat ditimba di sana. Pendewasaan pikiran, peningkatan
daya analisis, dan kemampuan untuk bekerja dalam tim dapat kita peroleh.
Semakin strategis jabatan dalam organisasi maka semakin banyak hal yang dapat
diperoleh untuk pengembangan diri dan wawasan.
Pemuda
zaman sekarang identik dengan hal-hal negatif, baik dari segi sikap, moral dan
gaya hidup, pemuda zaman sekarang masih di anggap anak kecil oleh kebanyakan
orang karena pemuda yang tak mampu untuk mengendalikan dirinya. Namun sebenarnya yang harus kita ketahui bahwa Pemuda
adalah kader penerus pemimpin-pemimpin bangsa saat ini, Pemuda adalah harapan
bangsa ini untuk terus maju dan berkembang.
1. Pemuda yang bertakwa dan
teguh pada agama yang di anutnya.
2. Pemuda yang terampil
disegala bidang.
3. Pemuda yang bisa mengabdikan
dirinya bagi masyarakat.
4. Pemuda yang memiliki rasa
tanggung jawab yang tinggi kepada dirinya sendiri, orang lain , masyarakat dan
bangsa.
5. Pemuda yang selalu
memikirkan masa depannya dan mulai merencanakan cita-cita dan impiannya mulai
sekarang.
6. Pemuda yang tidak menunda
pekerjaannya untuk sesuatu yang tidak penting.
7. Pemuda yang berani
menanggung segala risiko untuk kebenaran dan keadilan.
8. Mempunyai rasa persaudaraan
dan cinta kasih di antara sesame manusia.
Apakah kita termasuk orang yang memiliki sifat atau ciri
seperti yang disebutkan diatas? Jika tidak maka kita harus mengubah sikap
kita menjadi cirri pemuda yang telah disebutkan disebutkan di atas. Mulai dari
sekarang ! jangan menundanya!
Tentu kita semua mengharapkan bangsa kita menjadi
bangsa yang maju dan memiliki SDM yang berkualitas dan dapat bersaing di
tingkat global. Oleh sebab itu, kita perlu berubah! Jika bukan generasi muda
seperti kita yang merubah bangsa ini menjadi lebih baik maka siapa lagi yang
diharapkan? Karena sesungguhnya pemuda adalah agen perubahan bangsa. Kita juga
perlu memperbaiki kesehatan manusia yang ada di Indonesia agar tercipta
masyarakat sehat dan ber SDM yang kualitasnya tinggi.
Zaman globalisasi seperti saat
ini jangan sampai merubah identitas kita sebagai pemuda Indonesia. Kita boleh
saja menerima kebudayaan barat itu, tapi kita juga harus selektif memilih mana
kebudayaan yang sesuai bagi kita sebagai bangsa Indonesia dan mana yang tidak
sesuai. Sebaiknya yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa segera kita
tinggalkan dan buang jauh-jauh.
Pemuda adalah harapan bangsa.
Kelak mereka yang akan menahkodai bangsa ini. Semua tergantung dari seberapa
besar pengorbanan yang akan mereka persembahkan. Kita hanya bisa berharap
semoga mereka mampu memaksimalkan kinerja mereka masing-masing untuk memajukan
bangsa ini.
0 komentar:
Posting Komentar