Melihat keadaan
negeri ini mungkin membuat kita akan berpikir kritis. Bagaimana tidak kritis,
ibarat kata negeri ini mulai berada dalam keadaan warning—warning dengan
situasi yang mewarnai bangsa. Mulai dari dunia politik, perekonomian,
sampai-sampai merambah ke dunia pendidikan. Ini membuat miris keadaan negeri
ini, entah apa jadinya jika 10-20 tahun ke depan jika tidak ada upaya dari
generasi penerus untuk memperbaikinya. Sehingga dalam artikel ini kita ingin
mengajak generasi penerus bangsa untuk sadar akan nasib bangsanya.
Nah, sekarang
kita akan berbagi sedikit hal untuk para generasi muda agar tahu bagaimana cara
membuat bangsa ini lebih baik. Well, sebenarnya apa sih yang harus dimiliki
seorang generasi untuk mengubah bangsa Indonesia?
1. Paham
potensi apa yang dimiliki Indonesia dan mampu memanfaatkan.
Lalu potensi apa
yang dipunyai oleh indonesia tapi tidak di punyai oleh negara lain?
Mungkin
temen-temen semua bakal tak percaya dengan jawabannya nanti. Karena jawaban
untuk hal itu adalah nongkrong. Kenapa harus nongkrong yang menjadi
potensi khas Indonesia? Pasti dalam benak temen-temen bakal tersirat pertanyaan
itu kan. Ya, memang itulah fakta yang ada. Temen-temen perlu tahu loh bahwa
kebiasaan nongkrong ini hanya sering di temui di Indonesia. Di negara lain di
luar sana, temen-temen takkan menemui orang-orang yang nongkrong ala Indonesia.
Di Indonesia, kebiasaan ini sudah ada pada zaman penjajahan loh, buktinya para
pejuang Indonesia sering melakukan hal ini. Pada awalnya tongkrongan yang
sering di lakukan memang sekedar (sitting, talking, kidding and doing
nothing). Tapi ketika itu Douwes Dekker mulai berfikir untuk merubah
kebiasaan itu menjadi nongkrong yang berisi. Dalam artian ada sesuatu yang
dibahas untuk perjuangan bangsa Indonesia. Jadi nongkrong sebenarnya adalah
warisan dari pahlawan-pahlawan kita yang susah payah untuk merebut kemerdekaan.
Sekarang berawal dari nongkrong itulah, Indonesia mempunyai group blogger
terbesar di Asia. Kebiasaan nongkrong juga yang membuat para blogger ini
berkumpul untuk ngopi darat sehingga Indonesia mencatat rekor mempunyai group
blogger terbesar itu dan dibalik itu semua berawal dari nongkrong. Dan
artikel tentang nongkrong telah dimuat dalam New York Times yang menceritakan
sebuah businessman yang sedang nongkrong. Dalam majalah itu terdapat cuplikan ‘Indonesian
businessman doing nongkrong (sitting, talking, kidding and doing
nothing). Ini sedikit menjadi sebuah kesan yang sedikit membanggakan untuk
bangsa Indonesia sendiri, karena majalah terkenal Amerika memuat hal itu. Tapi
itu bukan berarti pemuda Indonesia hanya berbangga, melainkan harus
mempertahankan kebiasaan itu dan merehabnya menjadi yang lebih baik. Sehingga
nongkrong yang harus dilakukan generasi muda saat ini adalah nongkrong yang
berisi.
2. Pendidikan
Lalu setelah hal
pertama telah dipunyai oleh generasi muda, maka hal yang tak boleh di lupakan
adalah tentang pendidikan. Bagaiman bisa misalnya kita mau merubah bangsa ini
tapi pendidikn kita sendiri tidak mendukung. Dan yang perlu temen-temen tahu
hanya 4% dari 120 juta rakyat Indonesia yang tidak buta huruf pada tahun 1945,
sekarang hampir 90% rakyat Indoseia dari jumlah rakyat Indonesia yang tak buta
huruf. Tapi mengapa itu masih belum bisa mengubah bangsa ini? Padahal kita tahu
yang prosentasenya 4% yang tadi itu saja mampu memperjuangkan bahkan merebut
kemerdekaan untuk bangsa ini, harusnya dengan prosentasi yang sekarang ini kita
sudah mampu bersaing dengan negara-negara eropa ataupun amerika dong. Sekarang
itulah yang harus kita telaah baik-baik, generasi muda ibarat kaki bagi bangsa
ini. Mereka yang akan menentukan bangsa ini mau dibawa kemana. Jika kakinya aja
tidak bisa berjalan, bagaimana bangsa bisa move on? Dengan keadaan kita
sekarang yang jauh lebih enak dari pahlawan-pahlawan kita yang terdahulu,
harusnya kita bisa lebih baik. Dengan keadaan rakyat Indonesia tahun 1945 yang
susah mencari pekerjaan, susah makan, perang dengan karung goni mereka mampu
untuk bangkit, kenapa kita tidak?
3. Bisa
menyikapi kebebasan dengan baik
Setelah sekian
tahun Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia telah merasa
bebas dari segala bentuk penindasan. Setelah sekian tahun dijajah oleh Belanda
dan Jepang, rakyat sudah cukup merasakan kesengsaraan yang sangat mendalam.
Ketika Bung Karno dan Bung Hatta mengumandangkan naskah proklamasi, detik
itulah Indonesia menyatakan kemerdekaannya—walaupun masih harus memperjuangkan
kedaulatannya. Sekarang setelah para pahlawan mendapatkan kedaulatan bangsa,
kini dengan bangganya pemerintah tak memperjuangkannya lagi. Bagaimana negeri
ini bisa di perbaiki kalau pemerintahnya sendiri masih terbilang “kagok” akan
pemerintahannya sendiri. Dan yang lebih parahnya, tak mau kalah mahasiswa
dengan pemerintah. mereka masih aja “kagok” membuka pintu untuk “bebas”—salah
satu contoh real, mahasiswa dari perguruan ternama di Indonesia melakukan
demonstrasi di Bandung tepat di kantor pemerintah Jawa Barat. Mereka tak mampu
membuka pintu gerbang yang jelas-jelas tak di gembok, hanya satu satpam yang
melihat perbuatan itu (mungkin ketawa dalam hati kali ya). Tahukah kenapa
mereka tidak bisa membukanya? Jawabannya simple pintu gerbang itu bukan untuk
didorong tapi untuk di geser. Inilah gambaran tentang keadaan Indonesia
sekarang yang tak mampu membuka pintu kebebasannya sendiri untuk tumbuh menjadi
bangsa yang kuat. Kita terlalu santai dengan keadaan yang ada, sedangkan di
luar sana banyak negara-negara tangguh yang siap tempur dalam era global ini.
4. Kemampuan bekerja sama dalam
perbedaan
Indonesia adalah
Negara yang terdiri dari banyak sekali sukuk bangsa. Keragaman budaya adalah ciri
khas dari negeri ini, sehingga bangkit di tengah-tengah keberagaman itu
bukanlah hal yang mudah untuk negeri ini. Dalam contoh kecil saja, ‘katanya’ kita ini jago bekerja sama tapi kenapa setiap dalam
kejuaraan jarang sekali keluar prestasi dalam bentuk team. Semua yang
keluar menjadi seorang juara
melainkan banyak dari yang individu seperti bulutangkis dan tinju.
Memang sebuah kekompakan itu tak bisa diukur dari prestasi, tetapi itu sebagai
sedikit cermin tingkat kekompakan arek-arek Indonesia. Itu lewat sebuah
prestasi, belum memalui keseharian yang mungkin akan membuat anda sekalian
kaget. Contohnya, para fans klub bola sering sekali terjadi baku hantam. Dalam
hal ini saya akan mengangkat fans MU dan fans Mancity Indonesia yang sering
sekali terlibat baku hantam ketika kedua klub melakukan derby matchnya. Secara
akal sehat, itu apa gunanya? Sampai-sampai pemain dari klubnya sendiri pun
bingung, ngapain juga mereka kayak gitu apa kurang kerjaan kali ya?
5. Bisa
bersaing secara internasional
Katanya Indonesia di akui internasional? Sekarang mana
buktinya. Memang Indonesia pernah di agung-agungkan di dunia internasional,
apalagi ketika Ir. Soekarno yang memimpin bangsa ini. Tapi, sekarang ini
Indonesia menjadi sorotan internasional karena negative sidenya, mau tau apa?
Ya contoh kecilnya adalah kasus korupsi di Indonesia yang tak kunjung berakhir
sampai saat ini. Belum lagi masalah ekonomi Indonesia. Jadi secara general Indonesia masih belum mampu menyejajarkan dirinya di
mata dunia. Ini adalah sebagian efek dari gagalnya Indonesia membangun jembatan antara pemuda berprestasi
untuk menjadi dewasa yang bisa memperbaiki bangsa ini. Sehingga sangat
sedikit dewasa yang berkompeten yang bisa memperbaiki bangsa ini.
Jangan nilai
kecintaan seseorang pada indonesia dari omongan atau tingkah laku, tapi nilai
kecintaan seseorang dari apa yang bisa dia lakukan untuk mengharumkan Indonesia.
Itu yang harus kita renungkan mulai dari sekarang, apa yang kita beri untuk
Indonesia adalah rasa cinta kita terhadap Indonesia. Cinta tanah air adalah
kewajiban kita sekarang dan nanti. Oleh karena itu, semua itu butuh perjuangan
yang pastinya akan sangat susah.
0 komentar:
Posting Komentar