Kamis, 19 Desember 2013

Saatnya Indonesia Berubah

Melihat keadaan negeri ini mungkin membuat kita akan berpikir kritis. Bagaimana tidak kritis, ibarat kata negeri ini mulai berada dalam keadaan warningwarning dengan situasi yang mewarnai bangsa. Mulai dari dunia politik, perekonomian, sampai-sampai merambah ke dunia pendidikan. Ini membuat miris keadaan negeri ini, entah apa jadinya jika 10-20 tahun ke depan jika tidak ada upaya dari generasi penerus untuk memperbaikinya. Sehingga dalam artikel ini kita ingin mengajak generasi penerus bangsa untuk sadar akan nasib bangsanya.
Nah, sekarang kita akan berbagi sedikit hal untuk para generasi muda agar tahu bagaimana cara membuat bangsa ini lebih baik. Well, sebenarnya apa sih yang harus dimiliki seorang generasi untuk mengubah bangsa Indonesia?

1.       Paham potensi apa yang dimiliki Indonesia dan mampu memanfaatkan.
Lalu potensi apa yang dipunyai oleh indonesia tapi tidak di punyai oleh negara lain?
Mungkin temen-temen semua bakal tak percaya dengan jawabannya nanti. Karena jawaban untuk hal itu adalah nongkrong. Kenapa harus nongkrong yang menjadi potensi khas Indonesia? Pasti dalam benak temen-temen bakal tersirat pertanyaan itu kan. Ya, memang itulah fakta yang ada. Temen-temen perlu tahu loh bahwa kebiasaan nongkrong ini hanya sering di temui di Indonesia. Di negara lain di luar sana, temen-temen takkan menemui orang-orang yang nongkrong ala Indonesia. Di Indonesia, kebiasaan ini sudah ada pada zaman penjajahan loh, buktinya para pejuang Indonesia sering melakukan hal ini. Pada awalnya tongkrongan yang sering di lakukan memang sekedar (sitting, talking, kidding and doing nothing). Tapi ketika itu Douwes Dekker mulai berfikir untuk merubah kebiasaan itu menjadi nongkrong yang berisi. Dalam artian ada sesuatu yang dibahas untuk perjuangan bangsa Indonesia. Jadi nongkrong sebenarnya adalah warisan dari pahlawan-pahlawan kita yang susah payah untuk merebut kemerdekaan. Sekarang berawal dari nongkrong itulah, Indonesia mempunyai group blogger terbesar di Asia. Kebiasaan nongkrong juga yang membuat para blogger ini berkumpul untuk ngopi darat sehingga Indonesia mencatat rekor mempunyai group blogger terbesar itu dan dibalik itu semua berawal dari nongkrong. Dan artikel tentang nongkrong telah dimuat dalam New York Times yang menceritakan sebuah businessman yang sedang nongkrong. Dalam majalah itu terdapat cuplikan ‘Indonesian businessman doing nongkrong (sitting, talking, kidding and doing nothing). Ini sedikit menjadi sebuah kesan yang sedikit membanggakan untuk bangsa Indonesia sendiri, karena majalah terkenal Amerika memuat hal itu. Tapi itu bukan berarti pemuda Indonesia hanya berbangga, melainkan harus mempertahankan kebiasaan itu dan merehabnya menjadi yang lebih baik. Sehingga nongkrong yang harus dilakukan generasi muda saat ini adalah nongkrong yang berisi.

2.       Pendidikan
Lalu setelah hal pertama telah dipunyai oleh generasi muda, maka hal yang tak boleh di lupakan adalah tentang pendidikan. Bagaiman bisa misalnya kita mau merubah bangsa ini tapi pendidikn kita sendiri tidak mendukung. Dan yang perlu temen-temen tahu hanya 4% dari 120 juta rakyat Indonesia yang tidak buta huruf pada tahun 1945, sekarang hampir 90% rakyat Indoseia dari jumlah rakyat Indonesia yang tak buta huruf. Tapi mengapa itu masih belum bisa mengubah bangsa ini? Padahal kita tahu yang prosentasenya 4% yang tadi itu saja mampu memperjuangkan bahkan merebut kemerdekaan untuk bangsa ini, harusnya dengan prosentasi yang sekarang ini kita sudah mampu bersaing dengan negara-negara eropa ataupun amerika dong. Sekarang itulah yang harus kita telaah baik-baik, generasi muda ibarat kaki bagi bangsa ini. Mereka yang akan menentukan bangsa ini mau dibawa kemana. Jika kakinya aja tidak bisa berjalan, bagaimana bangsa bisa move on? Dengan keadaan kita sekarang yang jauh lebih enak dari pahlawan-pahlawan kita yang terdahulu, harusnya kita bisa lebih baik. Dengan keadaan rakyat Indonesia tahun 1945 yang susah mencari pekerjaan, susah makan, perang dengan karung goni mereka mampu untuk bangkit, kenapa kita tidak?

3.       Bisa menyikapi kebebasan dengan baik
Setelah sekian tahun Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia telah merasa bebas dari segala bentuk penindasan. Setelah sekian tahun dijajah oleh Belanda dan Jepang, rakyat sudah cukup merasakan kesengsaraan yang sangat mendalam. Ketika Bung Karno dan Bung Hatta mengumandangkan naskah proklamasi, detik itulah Indonesia menyatakan kemerdekaannya—walaupun masih harus memperjuangkan kedaulatannya. Sekarang setelah para pahlawan mendapatkan kedaulatan bangsa, kini dengan bangganya pemerintah tak memperjuangkannya lagi. Bagaimana negeri ini bisa di perbaiki kalau pemerintahnya sendiri masih terbilang “kagok” akan pemerintahannya sendiri. Dan yang lebih parahnya, tak mau kalah mahasiswa dengan pemerintah. mereka masih aja “kagok” membuka pintu untuk “bebas”—salah satu contoh real, mahasiswa dari perguruan ternama di Indonesia melakukan demonstrasi di Bandung tepat di kantor pemerintah Jawa Barat. Mereka tak mampu membuka pintu gerbang yang jelas-jelas tak di gembok, hanya satu satpam yang melihat perbuatan itu (mungkin ketawa dalam hati kali ya). Tahukah kenapa mereka tidak bisa membukanya? Jawabannya simple pintu gerbang itu bukan untuk didorong tapi untuk di geser. Inilah gambaran tentang keadaan Indonesia sekarang yang tak mampu membuka pintu kebebasannya sendiri untuk tumbuh menjadi bangsa yang kuat. Kita terlalu santai dengan keadaan yang ada, sedangkan di luar sana banyak negara-negara tangguh yang siap tempur dalam era global ini.

4.       Kemampuan  bekerja sama dalam perbedaan
Indonesia  adalah Negara yang terdiri dari banyak sekali sukuk bangsa. Keragaman budaya adalah ciri khas dari negeri ini, sehingga bangkit di tengah-tengah keberagaman itu bukanlah hal yang mudah untuk negeri ini. Dalam contoh kecil saja, ‘katanya’ kita ini jago bekerja sama tapi kenapa setiap dalam kejuaraan jarang sekali keluar prestasi dalam bentuk team. Semua yang keluar menjadi seorang juara melainkan banyak dari yang individu seperti bulutangkis dan tinju. Memang sebuah kekompakan itu tak bisa diukur dari prestasi, tetapi itu sebagai sedikit cermin tingkat kekompakan arek-arek Indonesia. Itu lewat sebuah prestasi, belum memalui keseharian yang mungkin akan membuat anda sekalian kaget. Contohnya, para fans klub bola sering sekali terjadi baku hantam. Dalam hal ini saya akan mengangkat fans MU dan fans Mancity Indonesia yang sering sekali terlibat baku hantam ketika kedua klub melakukan derby matchnya. Secara akal sehat, itu apa gunanya? Sampai-sampai pemain dari klubnya sendiri pun bingung, ngapain juga mereka kayak gitu apa kurang kerjaan kali ya?

5.       Bisa bersaing secara internasional
Katanya Indonesia di akui internasional? Sekarang mana buktinya. Memang Indonesia pernah di agung-agungkan di dunia internasional, apalagi ketika Ir. Soekarno yang memimpin bangsa ini. Tapi, sekarang ini Indonesia menjadi sorotan internasional karena negative sidenya, mau tau apa? Ya contoh kecilnya adalah kasus korupsi di Indonesia yang tak kunjung berakhir sampai saat ini. Belum lagi masalah ekonomi Indonesia. Jadi secara general Indonesia masih belum mampu menyejajarkan dirinya di mata dunia. Ini adalah sebagian efek dari gagalnya Indonesia membangun jembatan antara pemuda berprestasi untuk menjadi dewasa yang bisa memperbaiki bangsa ini. Sehingga sangat sedikit dewasa yang berkompeten yang bisa memperbaiki bangsa ini.
Jangan nilai kecintaan seseorang pada indonesia dari omongan atau tingkah laku, tapi nilai kecintaan seseorang dari apa yang bisa dia lakukan untuk mengharumkan Indonesia. Itu yang harus kita renungkan mulai dari sekarang, apa yang kita beri untuk Indonesia adalah rasa cinta kita terhadap Indonesia. Cinta tanah air adalah kewajiban kita sekarang dan nanti. Oleh karena itu, semua itu butuh perjuangan yang pastinya akan sangat susah.


0 komentar:

Posting Komentar